Pages

Saturday, May 5, 2012

Rezeki di Sepenggal Aliran Kali Grindulu

Bagi Mbah Jumilah yang usianya sekitar 70 th, Pak Suwandi (sekitar 55 th), Pak Supandi (sekitar 38 th), dan Pak Karmanto (sekitar 50 th) aliran Kali Grindulu merupakan napas kehidupan keluarganya. Begitu pula bagi tetangga mereka yang lain, Kali Grindulu telah memberi mereka sumber penghidupan hingga mereka mampu bertahan hidup hingga sekarang.


Mbah Jumilah sedang mengumpulkan batu koral, sedangkan anaknya
yang bungsu  membantu mengangkat hasilnya dari Kali Grindulu.


Kali Grindulu merupakan satu-satunya sungai yang membelah wilayah Pacitan, Jawa Timur. Hulu Kali Grindulu berada di daerah Tegalombo dan muaranya adalah Teluk Pacitan yang bersambung langsung dengan Samudra Hindia.

Tentu saja ada kalanya sumber penghidupan mereka itu tidak dapat diandalkan, misalnya saja saat aliran Kali Grindulu sedang besar. Akan tetapi, saat musim kemarau seperti sekarang ini Mbah Jumilah dan yang lainnya benar-benar menggali rezeki dari endapan yang ada di Kali Grindulu. Mbah Jumilah, Pak Suwandi, dan Pak Supandi mengumpulkan dan memecah batu-batu koral (kerakal), sedangkan Pak Karmanto memanfaatkan tanah di Kali Grindulu untuk ditanami bermacam sayuran. Sementara itu, tetangga yang lain ada yang mengumpulkan pasir (kalau boleh disebut mereka menambang pasir) atau mengumpulkan kayu yang berserakan. Kayu-kayu tersebut dapat dimanfaatkan sebagai kayu bakar, baik untuk keperluan sendiri maupun untuk dijual.

Mbah Jumilah sudah puluhan tahun menghidupi keluarganya dari hasil mengumpulkan dan memecah bebatuan Kali Grindulu. Menurut ceritanya, anak-anaknya semua merasakan pengalaman yang sama bersama Mbah Jumilah. Anak-anak Mbah Jumilah saat ini ada yang merantau ke Batam, Malaysia, dan Jakarta. Kini, dibantu anak bungsunya yang berumur 40 th Mbah Jumilah masih tetap memanfaatkan batu-batu dari Kali Grindulu untuk menopang kehidupannya.

Pak Suwandi sedang memasukkan
batu-batu koral ke dalam keranjang.
 
Pak Suwandi memiliki kisah sendiri. Pekerjaan yang dilakukannya sebagai pengumpul dan pemecah batu koral saat ini menjadi pilihan terakhir setelah bertahun-tahun merantau ke Malaysia (TKI), Batam, Kalimantan, dan Jakarta. Saat menjadi TKI Pak Suwandi pernah tiga kali ditangkap polisi Malaysia karena statusnya sebagai TKI tidak resmi (ilegal lah). Sebelum merantau sebenarnya pekerjaan Pak Suwandi juga sebagai pengumpul dan pemecah batu kali. Kini  Pak Suwandi kembali ke pekerjaan semulanya sebagai pengumpul dan pemecah batu kali. Menurut Pak Suwandi rezeki yang menjadi sumber kehidupannya ternyata memang ada Kali Grindulu.

Sementara itu, Pak Karmanto memanfaatkan lahan yang tanahnya bercampur liat untuk menanam sayuran. Tanaman singkong ternyata yang paling dominan. Tanaman ini diambil daunnya yang masih muda untuk dijadikan bahan sayuran dan dijual. Nantinya, setelah akar tanaman singkong layak diambil pasti akan dijual juga. Pak Karmanto pun sudah puluhan tahun memanfaatkan tanah Kali Grindulu untuk pekerjaannya itu.

Pak Karmanto sedang menyiram tanamannya di Kali Grindulu.

Tentu masih banyak lagi orang-orang seperti Mbah Jumilah, Pak Suwandi, Pak Supandi, dan Pak Karmanto yang menghidupi keluarganya dari sepenggal aliran Kali Grindulu ini.


salam.

No comments:

Post a Comment