Menjadi cerita buat siapa? Yaaa..
buat siapa saja lah. Buat yang lagi kena macet, atau siapa saja yang gak kena
macet sekali pun. Menjadi cerita buat saya, buat tetangga, buat teman, buat
Anda, buat pak sopir, buat pedagang asongan, buat pedagang warung, buat penjaga
toilet, buat warga (yang jalan kampungnya menjadi jalur aternatif), buat petugas tol, buat wartawan, buat
fotografer, buat pak polisi lau lintas, buat pak pegawai lalu lintas angkutan
jalan, atau menjadi cerita buat pak menteri perhubungan. Paling pasti sih
menjadi cerita buat pak dirjen perhubungan darat (hubdar). Semua tentu tahu itu
*senyum. Bahkan, cerita pak dirjen hubdar malah kini menjadi cerita kita
heheh....
Kepadatan kendaraan jelang gerbang tol Ciawi (Kamis, 24/12). |
Lihat saja di halaman media
sosial Anda. Keluarga, teman, atau media berita yang Anda ikuti punya cerita
tentang perjalanan liburan di tengah kemacetan. Ada yang terjebak macet setelah
lebih dari 5 jam perjalanan, bahkan ada
yang baru keluar rumah sekalipun sudah bercerita tentang kemacetan yang
dialaminya. Mungkin juga malah ada yang pindah tujuan atau malah putar balik
untuk pulang, menunda perjalanan esok hari.
Kemacetan yang terjadi pada libur
kali ini dirasakan ribuan warga, terutama di Pulau Jawa. Menurut saya sih kemacetan
yang luar biasa ini bahkan melebihi kemacetan yang terjadi setiap tahun di Hari
Raya Idul Fitri. Saya katakan demikian karena kemacetan kali ini lokasinya ada
di mana-mana. Sementara itu, saat Idul Fitri lokasi kemacetan (hanya) ada di
beberapa titik (ruas) jalan yang sudah dapat diprediksi. Pihak yang berwenang
pun saat Idul Fitri mampu melakukan rekayasa jalur dan arus lalu lintas guna
mengantisipasi terjadinya kemacetan. Selain itu, pihak yang berwenang pun sudah
dapat memperkirakan waktu perjalanan warga (yang tidak serentak tentunya). *Halah... sok tau heheh.....
Kembali ke ...cerita. Kemacetan
liburan di mana-mana yang bikin heboh (di mana-mana juga) ini tentu membuat
saya punya cerita tersendiri. Tak liburan ke luar kota, saya mending ‘lemburan’
di pabrik (maklum buruh heheh...) mudah-mudahan uang lemburannya bisa buat
liburan tahun baru. Aamiin. *senyum lagi.
Antrean di tolilet milik Jasa Marga di gerbang tol Ciawi. |
Tak bergerak di persimpangan arah Cisarua dengan Ciawi. |
Pagi sambil berangkat ke tempat
kerja sengaja saya melintasi jalanan yang berimpitan dengan jalan Tol Jagorawi
ruas gerbang tol Ciawi – Gadog. Tak cuma kali ini saja saya lakukan, tetapi
hampir tiap minggu saya melakukannya. Tak punya tujuan muluk-muluk
melakukannya. Cuma pengen moto-moto kondisi di jalan tol di akhir pekan. Kirim
ke media sosial. Mungkin saja bisa menjadi informasi yang bermanfaat bagi
pengguna jalan. Itu saja moto-motonya pakai kamera smartphone yang tak terlalu
smart juga heheh.... Nah, sepanjang jalur itu saya mendapatkan lokasi yang pas
untuk moto, yaitu gerbang tol Ciawi, rest area Ciawi, cabang pemisahan arah
Ciawi – Puncak, simpang gadog, dan perempatan Ciawi.
Hari Kamis (24/12 tak ada cerita serius yang saya peroleh selain foto-foto macetnya Tol Jagorawi sejak menjelang gerbang tol hingga simpang Gadog.
Hari Jum’at (25/12) menyempatkan
ngobrol dengan penjual kopi yang sedang rehat karena jalur ke arah Puncak
sedang dibuka satu arah. Obrolan yang ringan-ringan saja, seputar nama, asal,
dan pendapatan yang diperolehnya. Tak penting membahas kewajiban pejabat atau
pemerintah atas terjadinya kemacetan. Kenapa? Ya, saya yakin aja penjual seperti
mereka tentu menganggap berkah tersendiri jika jalur Puncak terjadi kemacetan.
Rehat sejenak saat arah puncak sedang dibuka satu arah. |
Mamang yang satu ini ternyata
asalnya dari Wonogiri. Saya percaya saja karena sepanjang ngobrol mamang tahu
wilayah Wonogiri (menyebutkan beberapa kecamatan yang ada di Wonogiri dan
kebetulan saya sedikit tahu). Menikah dengan warga sekitar Ciawi dan sudah
tinggal di situ lebih dari sepuluh tahun. Mamang berjualan barang-barang dengan
berkeliling desa jika tak sedang berjualan kopi saat macet di jalur Puncak.
Pendapatan sehari dari hasil berjualan kopi siap seduh
dan mie instan saat macet seperti hari Kamis hingga Minggu yang lalu rata-rata
sebesar Rp500.000,00. Pendapatan sebesar itu lebih besar dari hasil
berjualannya yang berkeliling desa. Makanya saat libur akhir pekan atau libur
panjang dia lebih memilih berjualan kopi. Mondar-mandir di sepanjang kemacetan
dengan menawarkan dari satu mobil ke mobil yang lain. Terkadang ada pula
pengendara yang beli dengan mendatanginya.
Ada penjual mainan anak-anak, tahu, dan masih banyak lagi. |
Jika Anda pernah mengalami
kemacetan di jalur Puncak selepas gerbang tol Ciawi, Anda akan menemukan banyak
penjual selain yang berjualan kopi. Ada penjual bakso, mi ayam, bubur ayam,
siomay, batagor, aneka minuman, mainan anak-anak, dan masih banyak lagi. Anda
juga akan menemukan beberapa warga yang menawarkan jasa untuk menghindari
kemacetan dengan melewati jalan alternatif. Nah, Anda yang pernah memakai
jasanya tentu punya cerita tersendiri tentang ini. Cerita tentang si pemandu, tentang warga di
setiap persimpangan, tentang sumbangan sepanjang jalan, atau tentang jalannya
yang sempit.
Perjalanan Hari Sabtu (26/12)
lebih fokus (ceileeh...) untuk memoto kemacetan dan aktivitas penumpang
kendaraannya.
Macet selepas gerbang tol Ciawi arah Cisarua - Puncak. |
Melepas kepenatan dan kejenuhan di dalam mobil dengan menggelar tikar. |
Perjalanan Hari Minggu (27/12)
hanya memoto simpang Gadog karena sepanjang gerbang tol hingga persimpangan
Cisarua – Ciawi relatif lancar. Laju kendaraan mulai tersendat sejak
persimpangan Cisarua – Ciawi hingga simpang Gadog.
Arah Cisarua - Puncak masih padat hingga Hari Minggu. |
Cerita kemacetan sepertinya sama,
tapi bisa jadi berbeda cara menikmatinya. Bisa jadi beberapa di antara mereka
benar-benar menikmati liburan meski di tengah kemacetan. Bisa jadi di antara
mereka ada yang menahan kesabarannya. Bisa jadi pula ada yang tidak kuat
menahan kesabaran dan memilih kembali pulang, menikmati liburan di rumah.
Nah, bagaimana cerita kemacetan Anda?
macet saat ini udah menjadi rutinitas sehari-hari :(
ReplyDeletebudy | Travelling Addict
blogger abal-abal
www.travellingaddict.com