Pages

Tuesday, December 29, 2015

Macet Liburan: Menjadi Cerita Tersendiri

Menjadi cerita buat siapa? Yaaa.. buat siapa saja lah. Buat yang lagi kena macet, atau siapa saja yang gak kena macet sekali pun. Menjadi cerita buat saya, buat tetangga, buat teman, buat Anda, buat pak sopir, buat pedagang asongan, buat pedagang warung, buat penjaga toilet, buat warga (yang jalan kampungnya menjadi jalur aternatif),  buat petugas tol, buat wartawan, buat fotografer, buat pak polisi lau lintas, buat pak pegawai lalu lintas angkutan jalan, atau menjadi cerita buat pak menteri perhubungan. Paling pasti sih menjadi cerita buat pak dirjen perhubungan darat (hubdar). Semua tentu tahu itu *senyum. Bahkan, cerita pak dirjen hubdar malah kini menjadi cerita kita heheh....

Kepadatan kendaraan jelang gerbang tol Ciawi (Kamis, 24/12).
Lihat saja di halaman media sosial Anda. Keluarga, teman, atau media berita yang Anda ikuti punya cerita tentang perjalanan liburan di tengah kemacetan. Ada yang terjebak macet setelah lebih dari 5 jam  perjalanan, bahkan ada yang baru keluar rumah sekalipun sudah bercerita tentang kemacetan yang dialaminya. Mungkin juga malah ada yang pindah tujuan atau malah putar balik untuk pulang, menunda perjalanan esok hari.

Kemacetan yang terjadi pada libur kali ini dirasakan ribuan warga, terutama di Pulau Jawa. Menurut saya sih kemacetan yang luar biasa ini bahkan melebihi kemacetan yang terjadi setiap tahun di Hari Raya Idul Fitri. Saya katakan demikian karena kemacetan kali ini lokasinya ada di mana-mana. Sementara itu, saat Idul Fitri lokasi kemacetan (hanya) ada di beberapa titik (ruas) jalan yang sudah dapat diprediksi. Pihak yang berwenang pun saat Idul Fitri mampu melakukan rekayasa jalur dan arus lalu lintas guna mengantisipasi terjadinya kemacetan. Selain itu, pihak yang berwenang pun sudah dapat memperkirakan waktu perjalanan warga (yang tidak serentak tentunya).  *Halah... sok tau heheh.....

Kembali ke ...cerita. Kemacetan liburan di mana-mana yang bikin heboh (di mana-mana juga) ini tentu membuat saya punya cerita tersendiri. Tak liburan ke luar kota, saya mending ‘lemburan’ di pabrik (maklum buruh heheh...) mudah-mudahan uang lemburannya bisa buat liburan tahun baru. Aamiin. *senyum lagi.

Antrean di tolilet milik Jasa Marga di gerbang tol Ciawi.
Tak bergerak di persimpangan arah Cisarua dengan Ciawi.
Pagi sambil berangkat ke tempat kerja sengaja saya melintasi jalanan yang berimpitan dengan jalan Tol Jagorawi ruas gerbang tol Ciawi – Gadog. Tak cuma kali ini saja saya lakukan, tetapi hampir tiap minggu saya melakukannya. Tak punya tujuan muluk-muluk melakukannya. Cuma pengen moto-moto kondisi di jalan tol di akhir pekan. Kirim ke media sosial. Mungkin saja bisa menjadi informasi yang bermanfaat bagi pengguna jalan. Itu saja moto-motonya pakai kamera smartphone yang tak terlalu smart juga heheh.... Nah, sepanjang jalur itu saya mendapatkan lokasi yang pas untuk moto, yaitu gerbang tol Ciawi, rest area Ciawi, cabang pemisahan arah Ciawi – Puncak, simpang gadog, dan perempatan Ciawi.

Hari Kamis (24/12 tak ada cerita serius yang saya peroleh selain foto-foto macetnya Tol Jagorawi sejak menjelang gerbang tol hingga simpang Gadog.

Hari Jum’at (25/12) menyempatkan ngobrol dengan penjual kopi yang sedang rehat karena jalur ke arah Puncak sedang dibuka satu arah. Obrolan yang ringan-ringan saja, seputar nama, asal, dan pendapatan yang diperolehnya. Tak penting membahas kewajiban pejabat atau pemerintah atas terjadinya kemacetan. Kenapa? Ya, saya yakin aja penjual seperti mereka tentu menganggap berkah tersendiri jika jalur Puncak terjadi kemacetan.

Rehat sejenak saat arah puncak sedang dibuka satu arah.
Mamang yang satu ini ternyata asalnya dari Wonogiri. Saya percaya saja karena sepanjang ngobrol mamang tahu wilayah Wonogiri (menyebutkan beberapa kecamatan yang ada di Wonogiri dan kebetulan saya sedikit tahu). Menikah dengan warga sekitar Ciawi dan sudah tinggal di situ lebih dari sepuluh tahun. Mamang berjualan barang-barang dengan berkeliling desa jika tak sedang berjualan kopi saat macet di jalur Puncak.

Pendapatan sehari dari hasil berjualan kopi siap seduh dan mie instan saat macet seperti hari Kamis hingga Minggu yang lalu rata-rata sebesar Rp500.000,00. Pendapatan sebesar itu lebih besar dari hasil berjualannya yang berkeliling desa. Makanya saat libur akhir pekan atau libur panjang dia lebih memilih berjualan kopi. Mondar-mandir di sepanjang kemacetan dengan menawarkan dari satu mobil ke mobil yang lain. Terkadang ada pula pengendara yang beli dengan mendatanginya.

Ada penjual mainan anak-anak, tahu, dan masih banyak lagi.
Jika Anda pernah mengalami kemacetan di jalur Puncak selepas gerbang tol Ciawi, Anda akan menemukan banyak penjual selain yang berjualan kopi. Ada penjual bakso, mi ayam, bubur ayam, siomay, batagor, aneka minuman, mainan anak-anak, dan masih banyak lagi. Anda juga akan menemukan beberapa warga yang menawarkan jasa untuk menghindari kemacetan dengan melewati jalan alternatif. Nah, Anda yang pernah memakai jasanya tentu punya cerita tersendiri tentang ini.  Cerita tentang si pemandu, tentang warga di setiap persimpangan, tentang sumbangan sepanjang jalan, atau tentang jalannya yang sempit.

Perjalanan Hari Sabtu (26/12) lebih fokus (ceileeh...) untuk memoto kemacetan dan aktivitas penumpang kendaraannya.

Macet selepas gerbang tol Ciawi arah Cisarua - Puncak.
Melepas kepenatan dan kejenuhan di dalam mobil dengan menggelar tikar.
Perjalanan Hari Minggu (27/12) hanya memoto simpang Gadog karena sepanjang gerbang tol hingga persimpangan Cisarua – Ciawi relatif lancar. Laju kendaraan mulai tersendat sejak persimpangan Cisarua – Ciawi hingga simpang Gadog. 


Arah Cisarua - Puncak masih padat hingga Hari Minggu.
Cerita kemacetan sepertinya sama, tapi bisa jadi berbeda cara menikmatinya. Bisa jadi beberapa di antara mereka benar-benar menikmati liburan meski di tengah kemacetan. Bisa jadi di antara mereka ada yang menahan kesabarannya. Bisa jadi pula ada yang tidak kuat menahan kesabaran dan memilih kembali pulang, menikmati liburan di rumah.

Nah, bagaimana cerita kemacetan Anda?









1 comment:

  1. macet saat ini udah menjadi rutinitas sehari-hari :(

    budy | Travelling Addict
    blogger abal-abal
    www.travellingaddict.com

    ReplyDelete